Coaxial Cable Adalah suatu jenis kabel yang menggunakan dua buah konduktor. Pusatnya berupa inti kawat padat yang dilingkupi oleh sekat yang kemudian dililiti lagi oleh kawat berselaput konduktor. Jenis kabel ini biasa digunakan untuk jaringan dengan bandwith yang tinggi. Kabel coaxial mempunyai pengalir tembaga di tengah (centre core). Lapisan plastik (dielectric insulator) yang mengelilingi tembaga berfungsi sebagai penebat di antara tembaga dan “metal shielded“. Lapisan metal berfungsi untuk menghalang sembarang gangguan luar dari lampu kalimantang, motors, and perlatan elektonik lain. Lapisan paling luar adalah lapisan plastik yang disebut Jacket plastic. Lapisan ini berfungsi seperti jaket yaitu sebagai pelindung bagian terluar.
Kabel ini biasanya banyak digunakan untuk mentransmisikan sinyal frekuensi tinggi mulai 300 kHz keatas. Karena kemampuannya dalam menyalurkan frekuensi tinggi tersebut, maka sistem transmisi dengan menggunakan kabel koaksial memiliki kapasitas kanal yang cukup besar.
Yang dimaksud dengan multiplex adalah alat yang dibgunakan untuk menyusun beberapa kanal telpon menjadi suatu band frekuensi tertentu (base band) atau sebaliknya. Sedangkan LTE (Line Terminal Equipment) Coaxial adalah interface antara multiplex dengan kabel coaxial.
Kabel koaksial biasa digunakan dalam jaringan LAN terutama Topologi Bus yang banyak menggunakan kabel koaksial. Kesulitan utama dari penggunaan kabel koaksial adalah sulit untuk mengukur apakah kabel coaxial yang dipergunakan benar-benar matching atau tidak. Karena kalau tidak benar-benar diukur secara benar akan merusak NIC (Network Interface Card) yang dipergunakan dan kinerja jaringan menjadi terhambat, tidak mencapai kemampuan maksimalnya.
Penggunaan kabel coaxial pada LAN memiliki beberapa keuntungan. Penguatannya dari repeater tidak sebesar kabel STP atau UTP. Kabel coaxial lebih murah dari kabel fiber optic dan teknologinya juga tidak asing lagi. Kabel coaxial sudah digunakan selama puluhan tahun untuk berbagai jenis komunikasi data. Ketika bekerja dengan kabel, adalah penting untuk mempertimbangkan ukurannya.
Jenis Coaxial Cable
Jenis-jenis Coaxial Cable dikenal ada dua jenis, yaitu thick coaxial cable (mempunyai diameter lumayan besar) dan thin coaxial cable (mempunyai diameter lebih kecil).
1) Thick Coaxial Cable
Kabel coaxial memiliki ukuran yang bervariasi. Diameter yang terbesar ditujukan untuk penggunaan kabel backbone Ethernet karena secara histories memiliki panjang transmisi dan penolakan noise yang lebih besar. Kabel coaxial ini seringkali dikenal sebagai thicknet. Kabel coaxial jenis ini dispesifikasikan berdasarkan standar IEEE 802.3 10BASE5, dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12mm, dan biasanya diberi warna kuning; kabel jenis ini biasa disebut sebagai standard ethernet atau thick Ethernet, atau hanya disingkat ThickNet, atau bahkan cuman disebut sebagai yellow cable.
Seperti namanya, jenis kabel ini, karena ukurannya yang besar, pada beberapa situasi tertentu dapat sulit diinstall. Suatu petunjuk praktis menyatakan bahwa semakin sulit media jaringan diinstall, maka semakin mahal media tersebut diinstall. Kabel coaxial memiliki biaya instalasi yang lebih mahal dari kabel twisted pair. Kabel thicknet hampir tidak pernah digunakan lagi, kecuali untuk kepentingan khusus.
Kabel Coaxial ini (RG-6) jika digunakan dalam jaringan mempunyai spesifikasi dan aturan sebagai berikut:
• Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50-ohm (dianjurkan menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu buah resistor 50-ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi tegangan yang lumayan lebar).
• Maksimum 3 segment dengan peralatan terhubung (attached devices) atau berupa populated segments.
• Setiap kartu jaringan mempunyai pemancar tambahan (external transceiver).
• Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan, termasuk dalam hal ini repeaters.
• Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (atau sekitar 500 meter).
• Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500 meter).
• Setiap segment harus diberi ground.
• Jarang maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama ke perangkat (device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter).
• Jarang minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).
1) Thin Coaxial Cable
Seiring dengan pertambahan ketebalan atau diameter kabel, maka tingkat kesulitan pengerjaannya pun akan semakin tinggi. Harus diingat pula bahwa kabel jenis ThickNetharus ditarik melalui pipa saluran yang ada dan pipa ini ukurannya terbatas. Oleh karena itu diciptakanlah Thin Coaxial cable untuk mengatasi beberapa masalah diatas.
Kabel coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir, terutama untuk transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar. Untuk digunakan sebagai perangkat jaringan, kabel coaxial jenis ini harus memenuhi standar IEEE 802.3 10BASE2, dimana diameter rata-rata berkisar 5mm dan biasanya berwarna hitam atau warna gelap lainnya. Setiap perangkat (device) dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga dikenal sebagai thin Ethernet atau ThinNet.
Gambar 2.5 Thin coaxial cable
Kabel coaxial jenis ini, misalnya jenis RG-58 A/U atau C/U, jika diimplementasikan denganTconnector dan terminator dalam sebuah jaringan, harus mengikuti aturan sebagai berikut:
• Setiap ujung kabel diberi terminator 50-ohm.
• Panjang maksimal kabel adalah 1,000 feet (185 meter) per segment.
• Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30 perangkat jaringan (devices)
• Kartu jaringan cukup menggunakan transceiver yang onboard, tidak perlu tambahan transceiver, kecuali untuk repeater.
• Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain (populated segment).
• Setiap segment sebaiknya dilengkapi dengan satu ground.
• Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5 meter).
• Maksimum panjang kabel dalam satu segment adalah 1,818 feet (555 meter).
• Setiap segment maksimum mempunyai 30 perangkat terkoneksi.
Dulu jaringan Ethernet menggunakan kabel coaxial yang diameter luarnya hanya 0,35 cm (kadang dikenal sebagai thinnet). Kabel ini terutama berguna untuk instalasi kabel yang memerlukan pelilitan dan pembengkokan. Karena mudah diinstall, maka kabel ini juga lebih murah untuk diinstal. Hal ini mendorong beberapa orang menyebutnya sebagai cheapernet. Namun kabel ini memerlukan penanganan khusus. Seringkali pemasang gagal melakukannya. Akibatnya, sinyal transmisi terinterferensi oleh noise. Oleh karena itu, terlepas dari diameternya yang kecil, thinnet sudah jarang digunakan pada jaringan Ethernet.
Thicknet dapat menjangkau sampai 500 meter, dan perangkat dihubungkan ke kabel secara langsung dengan menggunakan transceiver Ethernet dengan kabel AUI. Di lain pihak thinnet lebih fleksibel dan dapat menjangkau sampai 185 meter. Komputer dihubungkan ke kabel dengan menggunakan konektor BNC. Thicknet menggunakan spesifikasi Ethernet 10 base 5, sedangkan thinnet menggunakan 10 base 2.
Walapun kabel coaxial sukar di pasang, tetapi ia mempunyai rintangan yang tinggi terhadap ganguan elektromagnet. Dan kabel ini juga mempunyai jarak maksimal yang lebih daripada kabel “twisted pair”.
Berikut akan disimpulkan mengenai keunggulan dan kelemahan coaxial cable:
• Keunggulan
1) Dapat digunakan untuk menyalurkan informasi sampai dengan 900 kanal telepon
2) Dapat ditanam di dalam tanah sehingga biaya perawatan lebih rendah
3) Karena menggunakan penutup isolasi maka kecil kemungkinan terjadi interferensi dengan sistem lain
• Kelemahan
1) Mempunyai redaman yang relatif besar, sehingga untuk hubungan jarak jauh harus dipasang repeater-repeater
2) Jika kabel dipasang diatas tanah, rawan terhadap gangguan-gangguan fisik yang dapat berakibat putusnya hubungan.
Sumber : v318.wordpress.com
Minggu, 28 November 2010
Subnetting VLSM
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja, perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet, namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.
Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan IP Address tersebut. Network Address yang telah diberikan oleh lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik Network ID tidak lebih dari 5 – 7 Network ID (IP Public). Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat
memenuhi persyaratan ;
routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2), semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.
Tahapan perihitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM, sebagai contoh :
130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka didapat
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah 4 maka
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
Dst … sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
- Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 diambil dari hasil perhitungan
subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
- Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini kita
gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16
blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
Dst … sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16 = = 130.20.47/24
- Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat
ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok kelipatan dari 32
sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27
Metode VLSM hampir serupa dengan CIDR hanya blok subnet hasil dari CIDR dapat kita bagi lagi menjadi sejumlah Blok subnet dan blok IP address yang lebih banyak dan lebih kecil lagi.
sumber : www.ilmukomputer.com
Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan IP Address tersebut. Network Address yang telah diberikan oleh lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik Network ID tidak lebih dari 5 – 7 Network ID (IP Public). Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat
memenuhi persyaratan ;
routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2), semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.
Tahapan perihitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM, sebagai contoh :
130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka didapat
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah 4 maka
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
Dst … sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
- Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 diambil dari hasil perhitungan
subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
- Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini kita
gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16
blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
Dst … sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16 = = 130.20.47/24
- Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat
ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok kelipatan dari 32
sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27
Metode VLSM hampir serupa dengan CIDR hanya blok subnet hasil dari CIDR dapat kita bagi lagi menjadi sejumlah Blok subnet dan blok IP address yang lebih banyak dan lebih kecil lagi.
sumber : www.ilmukomputer.com
Subnetting CIDR
CIDR (Classless Inter-Domain Routing) adalah metodologi pengalokasian IP address dan routing paket-paket Internet. CIDR diperkenalkan pada tahun 1993 untuk menggantikan arsitektur pengalamatan sebelumnya dari desain classful network di internet dengan tujuan untuk memperlambat pertumbuhan tabel routing pada router di Internet, dan membantu memperlambat cepatnya exhausting dari IPv4 address.
IP Address dapat digambarkan terdiri dari dua kelompok bit pada address.
Bagian paling penting adalah network address yang mengidentifikasi seluruh jaringan atau subnet dan bagian yang paling signifikan adalah host identifier, yang menyatakan sebuah interface host tertentu pada jaringan. Divisi ini digunakan sebagai dasar lalu lintas routing antar jaringan IP dan untuk kebijakan alokasi alamat. Desain classful network untuk IPv4 berukur network address sebagai satu atau lebih kelompok 8-bit, menghasilkan blok Kelas A, B, atau C alamat. Classless Inter-Domain Routing mengalokasikan ruang alamat untuk penyedia layanan Internet dan end user pada bit batas alamat apapun, bukannya pada segmen 8-bit. Dalam IPv6, bagaimanapun, host identifier memiliki ukuran tetap yaitu 64-bit oleh konvensi, dan subnet yang lebih kecil tidak pernah dialokasikan kepada pengguna akhir.
Notasi CIDR menggunakan sintaks yang menentukan alamat IP untuk IPv4 dan IPv6, menggunakan alamat dasar jaringan diikuti dengan garis miring dan ukuran routing prefix, misalnya, 192.168.1.2/24 (IPv4), dan 2001: db8:: / 32 (IPv6).
Maksud dari 192.168.1.2/24 diatas adalah bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. CIDR /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0).
Tabel di bawah ini menerangkan tentang subnet mask dan nilai CIDR nya:
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Sebelum notasi CIDR, jaringan IPv4 biasanya menggunakan notasi dot-desimal, representasi alternatif yang menggunakan network address diikuti oleh subnet mask. Dengan demikian, notasi CIDR 192.168.0.0/24 yang akan ditulis sebagai 192.168.0.0/255.255.255.0
Studi Kasus
Studi kasus ini sebenarnya studi kasus pada subnetting, namun karena subnetting yang digunakan menggunakan CIDR maka saya studi kasus tentang subnetting saya gabungkan dengan CIDR. Persoalan terhadapa subnetting akan berpusat pada 4 permasalahan yaitu jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok-blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Langsung saja pada pembahasan studi kasus.
1. Subnetting pada IP address kelas C
Subnetting pada IP Address kelas C berjarak pada interval CIDR /25 sampai CIDR /30.
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah network address/network identifier 192.168.1.0/28 ?
Jawab:
Network Address 192.168.1.0/28 berarti kelas C pada subnet mask /28 berarti 11111111.11111111.11111111.11110000 / 255.255.255.240.
Ket: Subnet mask /28 berarti ada bit 1 sebanyak 28, seperti pada penjelasan di atas.
1. Jumlah Subnet = 2 x, dimana x adalah jumlah bit 1 pada oktet terakhir(oktet keempat) subnet mask. Jadi jumlah subnet adalah 2 4 = 16 subnet
2. Jumlah host per subnet = 2 y – 2, dimana y adalah jumlah bit 0 pada oktet terakhir(oktet keempat) subnet. Jadi jumlah subnet adalah 2 4 – 2 = 14
3. Blok subnet = 256 – z, dimana z adalah nilai desimal dari oktet terakhir(oktet keempat). Jadi blok subnet adalah 256-240 = 16. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 16, ….., 240
4.
Subnet 192.168.1.0 192.168.1.16 ……. 192.168.1.240
Host Address Pertama 192.168.1.1 192.168.1.17 ……. 192.168.1.241
Host Address Terakhir 192.168.1.14 192.168.1.30 ……. 192.168.1.244
Broadcast Address 192.168.1.15 192.168.1.31 ……. 192.168.1.255
5. Catatan: Host Address pertama adalah 1 angka setelah subnet dan broadcast address adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Tabel di atas menerangkan tentang host address dan broadcast address yang valid.
2. Subnetting pada IP Address Kelas B
Subnetting pada IP Address kelas B berjarak pada interval CIDR /17 sampai CIDR /30.
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah network address 172.16.0.0/20 dan network address 172.16.0.0/29?
Jawab:
1. Network Address 172.16.0.0/20 berarti kelas B pada subnet mask /20 berarti 11111111.11111111.11110000.00000000 / 255.255.240.0
1. Jumlah Subnet=2x, dimana x adalah bit 1 pada 2 oktet terakhir(oktet keempat dan oktet ketiga). Jadi jumlah subnet adalah 24=16 subnet
2. Jumlah host per subnet = 2y – 2, dimana y adalah bit 0 pada 2 oktet terakhir(oktet keempat dan oktet ketiga). Jadi jumlah host per subnet adalah 212-2=4096 host
3. Blok subnet = 256-z, dimana z adalah nilai oktet terakhir pada subnet. Jadi blok subnet adalah 256-240 = 16. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 16, ….., 240
4.
Subnet 172.16.0.0 172.16.16.0 ……. 172.16.240.0
Host Address Pertama 172.16.0.1 172.16.16.1 ……. 172.16.240.1
Host Address Terakhir 172.16.15.14 172.16.31.30 ……. 172.16.255.254
Broadcast Address 172.16.15.15 172.16.31.31 ……. 172.16.255.255
3. 2. Network Address 172.16.0.0/29 berarti kelas B pada subnet mask /20 berarti 11111111.11111111.11111111.11111000 / 255.255.255.248
1. Jumlah subnet = 213 = 8192
2. Jumlah host per subnet = 2 3-2 = 6
3. Blok subnet = 256-248 = 8. Jadi subnet lengkapnya adalah 0,8,16,…248
4.
Subnet 172.16.0.0 172.16.0.8 ……. 172.16.255.248
Host Address Pertama 172.16.0.1 172.16.0.9 ……. 172.16.255.249
Host Address Terakhir 172.16.0.6 172.16.0.14 ……. 172.16.255.254
Broadcast Address 172.16.0.7 172.16.0.15 ……. 172.16.255.255
4. Subnetting pada IP Address Kelas A
Subnetting pada IP Address kelas A dapat dilakukan pada interval berapapun.
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah network address 10.0.0.0/15
Jawab:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /15 berarti 11111111.11111110.00000000.00000000 (255.254.0.0)
1. Jumlah subnet=2x, dimana x adalah bit 1 pada 3 oktet terakhir(oktet keempat, oktet ketiga, dan oktet kedua). Jadi jumlah subnet adalah 27=128 subnet
2. Jumlah host per subnet = 2y – 2, dimana y adalah bit 0 pada 3 oktet terakhir(oktet keempat, oktet ketiga, dan kedua). Jadi jumlah host per subnet adalah 217-2=131070 host
3. Blok subnet = 256-z, dimana z adalah nilai oktet terakhir pada subnet. Jadi blok subnet adalah 256-254 = 2. Jadi subnet lengkapnya adalah 2, 4, ….., 254
4.
Subnet 10.0.0.0 10.2.0.0 ……. 10.254.0.0
Host Address Pertama 10.0.0.1 10.2.0.1 ……. 10.254.0.1
Host Address Terakhir 10.1.255.254 10.3.255.254 ……. 10.255.255.254
Broadcast Address 10.1.255.255 10.3.255.255 ……. 10.255.255.255
Sumber: http://romisatriawahono.net/, http://www.wikepedia.org,http://www.scribd.com
IP Address dapat digambarkan terdiri dari dua kelompok bit pada address.
Bagian paling penting adalah network address yang mengidentifikasi seluruh jaringan atau subnet dan bagian yang paling signifikan adalah host identifier, yang menyatakan sebuah interface host tertentu pada jaringan. Divisi ini digunakan sebagai dasar lalu lintas routing antar jaringan IP dan untuk kebijakan alokasi alamat. Desain classful network untuk IPv4 berukur network address sebagai satu atau lebih kelompok 8-bit, menghasilkan blok Kelas A, B, atau C alamat. Classless Inter-Domain Routing mengalokasikan ruang alamat untuk penyedia layanan Internet dan end user pada bit batas alamat apapun, bukannya pada segmen 8-bit. Dalam IPv6, bagaimanapun, host identifier memiliki ukuran tetap yaitu 64-bit oleh konvensi, dan subnet yang lebih kecil tidak pernah dialokasikan kepada pengguna akhir.
Notasi CIDR menggunakan sintaks yang menentukan alamat IP untuk IPv4 dan IPv6, menggunakan alamat dasar jaringan diikuti dengan garis miring dan ukuran routing prefix, misalnya, 192.168.1.2/24 (IPv4), dan 2001: db8:: / 32 (IPv6).
Maksud dari 192.168.1.2/24 diatas adalah bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. CIDR /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0).
Tabel di bawah ini menerangkan tentang subnet mask dan nilai CIDR nya:
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Sebelum notasi CIDR, jaringan IPv4 biasanya menggunakan notasi dot-desimal, representasi alternatif yang menggunakan network address diikuti oleh subnet mask. Dengan demikian, notasi CIDR 192.168.0.0/24 yang akan ditulis sebagai 192.168.0.0/255.255.255.0
Studi Kasus
Studi kasus ini sebenarnya studi kasus pada subnetting, namun karena subnetting yang digunakan menggunakan CIDR maka saya studi kasus tentang subnetting saya gabungkan dengan CIDR. Persoalan terhadapa subnetting akan berpusat pada 4 permasalahan yaitu jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok-blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Langsung saja pada pembahasan studi kasus.
1. Subnetting pada IP address kelas C
Subnetting pada IP Address kelas C berjarak pada interval CIDR /25 sampai CIDR /30.
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah network address/network identifier 192.168.1.0/28 ?
Jawab:
Network Address 192.168.1.0/28 berarti kelas C pada subnet mask /28 berarti 11111111.11111111.11111111.11110000 / 255.255.255.240.
Ket: Subnet mask /28 berarti ada bit 1 sebanyak 28, seperti pada penjelasan di atas.
1. Jumlah Subnet = 2 x, dimana x adalah jumlah bit 1 pada oktet terakhir(oktet keempat) subnet mask. Jadi jumlah subnet adalah 2 4 = 16 subnet
2. Jumlah host per subnet = 2 y – 2, dimana y adalah jumlah bit 0 pada oktet terakhir(oktet keempat) subnet. Jadi jumlah subnet adalah 2 4 – 2 = 14
3. Blok subnet = 256 – z, dimana z adalah nilai desimal dari oktet terakhir(oktet keempat). Jadi blok subnet adalah 256-240 = 16. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 16, ….., 240
4.
Subnet 192.168.1.0 192.168.1.16 ……. 192.168.1.240
Host Address Pertama 192.168.1.1 192.168.1.17 ……. 192.168.1.241
Host Address Terakhir 192.168.1.14 192.168.1.30 ……. 192.168.1.244
Broadcast Address 192.168.1.15 192.168.1.31 ……. 192.168.1.255
5. Catatan: Host Address pertama adalah 1 angka setelah subnet dan broadcast address adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Tabel di atas menerangkan tentang host address dan broadcast address yang valid.
2. Subnetting pada IP Address Kelas B
Subnetting pada IP Address kelas B berjarak pada interval CIDR /17 sampai CIDR /30.
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah network address 172.16.0.0/20 dan network address 172.16.0.0/29?
Jawab:
1. Network Address 172.16.0.0/20 berarti kelas B pada subnet mask /20 berarti 11111111.11111111.11110000.00000000 / 255.255.240.0
1. Jumlah Subnet=2x, dimana x adalah bit 1 pada 2 oktet terakhir(oktet keempat dan oktet ketiga). Jadi jumlah subnet adalah 24=16 subnet
2. Jumlah host per subnet = 2y – 2, dimana y adalah bit 0 pada 2 oktet terakhir(oktet keempat dan oktet ketiga). Jadi jumlah host per subnet adalah 212-2=4096 host
3. Blok subnet = 256-z, dimana z adalah nilai oktet terakhir pada subnet. Jadi blok subnet adalah 256-240 = 16. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 16, ….., 240
4.
Subnet 172.16.0.0 172.16.16.0 ……. 172.16.240.0
Host Address Pertama 172.16.0.1 172.16.16.1 ……. 172.16.240.1
Host Address Terakhir 172.16.15.14 172.16.31.30 ……. 172.16.255.254
Broadcast Address 172.16.15.15 172.16.31.31 ……. 172.16.255.255
3. 2. Network Address 172.16.0.0/29 berarti kelas B pada subnet mask /20 berarti 11111111.11111111.11111111.11111000 / 255.255.255.248
1. Jumlah subnet = 213 = 8192
2. Jumlah host per subnet = 2 3-2 = 6
3. Blok subnet = 256-248 = 8. Jadi subnet lengkapnya adalah 0,8,16,…248
4.
Subnet 172.16.0.0 172.16.0.8 ……. 172.16.255.248
Host Address Pertama 172.16.0.1 172.16.0.9 ……. 172.16.255.249
Host Address Terakhir 172.16.0.6 172.16.0.14 ……. 172.16.255.254
Broadcast Address 172.16.0.7 172.16.0.15 ……. 172.16.255.255
4. Subnetting pada IP Address Kelas A
Subnetting pada IP Address kelas A dapat dilakukan pada interval berapapun.
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah network address 10.0.0.0/15
Jawab:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /15 berarti 11111111.11111110.00000000.00000000 (255.254.0.0)
1. Jumlah subnet=2x, dimana x adalah bit 1 pada 3 oktet terakhir(oktet keempat, oktet ketiga, dan oktet kedua). Jadi jumlah subnet adalah 27=128 subnet
2. Jumlah host per subnet = 2y – 2, dimana y adalah bit 0 pada 3 oktet terakhir(oktet keempat, oktet ketiga, dan kedua). Jadi jumlah host per subnet adalah 217-2=131070 host
3. Blok subnet = 256-z, dimana z adalah nilai oktet terakhir pada subnet. Jadi blok subnet adalah 256-254 = 2. Jadi subnet lengkapnya adalah 2, 4, ….., 254
4.
Subnet 10.0.0.0 10.2.0.0 ……. 10.254.0.0
Host Address Pertama 10.0.0.1 10.2.0.1 ……. 10.254.0.1
Host Address Terakhir 10.1.255.254 10.3.255.254 ……. 10.255.255.254
Broadcast Address 10.1.255.255 10.3.255.255 ……. 10.255.255.255
Sumber: http://romisatriawahono.net/, http://www.wikepedia.org,http://www.scribd.com
Alamat IP Public
Alamat IP secara global dialokasikan dan di distribusikan oleh Regional Internet Register (RIR) ke ISP. ISP kemudian memberikan blok IP yang lebih kecil kepada pelanggan mereka sesuai keperluan. Sebenarnya semua pemakai internet mendapatkan alamat IP mereka dari ISP. Ke-4 milyar alamat IP yang tersedia di atur oleh Internet Assigned Number Authority (IANA, htp;//www.iana.org/). IANA sudah membagi alamat IP ini ke dalam subnet besar, biasanya subnet /8 dengan 16 juta alamat masing-masing. Subnet ini delegasikan ke satu dari lima Regional Internet Register (RIR) yang diberi kekuasaan untuk wilayah geografis yang besar.
Ke lima RIR adalah:
1. African Network Information Centre (AfriNIC, http://www.afrinic.net/)
2. Asia Pacific Network Information Centre (APNIC, http://www.apnic.net/)
3. American Registry for Internet Numbers (ARIN, http://arin.net/)
4. Regional Latin-American and Caribben IP Address Registry (LACNIC, http://www.lacnic.net)
4. Resaux IP Europeens (RIPE NCC, http://www.ripe.net/)
ISP anda akan memperoleh alokasi alamat IP yang dapat di routing secara global dari kumpulan IP yang di berikan kepada ISP tersebut oleh RIR. Sistem pencatat memastika bahwa alamat IP tersebut tidak untuk mengirim paket antar jaringan dan berpartisipasi dijaringan Internet global. Proses unuk mengirim paket antar jaringan di sebut routing.
Sumber : http://my.opera.com/ashz/blog/index.dml/tag/cidr
Ke lima RIR adalah:
1. African Network Information Centre (AfriNIC, http://www.afrinic.net/)
2. Asia Pacific Network Information Centre (APNIC, http://www.apnic.net/)
3. American Registry for Internet Numbers (ARIN, http://arin.net/)
4. Regional Latin-American and Caribben IP Address Registry (LACNIC, http://www.lacnic.net)
4. Resaux IP Europeens (RIPE NCC, http://www.ripe.net/)
ISP anda akan memperoleh alokasi alamat IP yang dapat di routing secara global dari kumpulan IP yang di berikan kepada ISP tersebut oleh RIR. Sistem pencatat memastika bahwa alamat IP tersebut tidak untuk mengirim paket antar jaringan dan berpartisipasi dijaringan Internet global. Proses unuk mengirim paket antar jaringan di sebut routing.
Sumber : http://my.opera.com/ashz/blog/index.dml/tag/cidr
Range Network
Range Network adalah ruang lingkup dari sebuah network yang terdiri atas tiga komponen, yaitu Network Address, Available Address/Usable Address, dan Broadcast Address.
Network Address dan Broadcast Address tidak dapat digunakan sebagai alamat pada host. Hal ini dikarenakan keduanya mewakili network secara keseluruhan dalam komunikasiya.
Network Address
fungsi :
untuk mewakili network ketika “penerimaan” paket data. Apabila paket data dikirimkan ke alamat ini maka asumsinya paket data ini dikirimkan ke seluruh network, bukan hanya ke satu host saja.
Broadcast Address
fungsi :
mewakili network ketika “pengiriman” paket data. Jika paket data dikirimkan dari alamat ini, host penerima akan mendeteksi bahwa pengirimnya bukan satu host, melainkan dari satu network.
Kedua alamat ini tidak dapat diberikan kepada host. Kalaupun dipaksakan untuk diberikan maka system akan menolak untuk menerapkannya.
Available Address adalah sekumpulan Alamat IP yang diterapkan sebagai alamat host.
fungsi :
digunakan untuk pengalamatan pada host.
Dalam penulisannya Alamat IP menggunakan Dotted Decimal, akan tetapi proses pada formulanya menggunakan system bilangan biner. Karenanya untu dapat menyelesaikan formula network, sebelumnya dotted decimal harus dikonversikan ke biner pada setiap segmennya.
Menentukan Range/Panjang Network
Untuk dapat menentukan kapasitas sebuah network, formula yang dapat digunakan adalah:
- Menentukan Range/Panjang Network Pada Network Address : “And” kan antara Alamat IP dengan bit dari masking yang digunakan.
- Menentukan Range/Panjang Network Pada Pada Broadcast Address :[Segment yang mengandung bit host (0) pada Network Address + jumlah host]- 1.
· Network Address merupakan angka yang dibuat dari formula sebelumnya.
· Jumlah host didapat dari perpangkatan dua untuk bit host pada masking.
Contoh untuk masking :
255.255.255.0 (dotted decimal) jika kita konversikan pada binary, akan menjadi 11111111.11111111.11111111.00000000, disana terlihat julmlah bit host (angka “0”) adalah sejumlah 8 buah maka jumlah host pada network yang bersangkutan adalah 2⁸=256 Alamat IP untuk host.
· Menentukan Range/Panjang Network Pada Available Address : dimulai dari satu alamat IP setelah Network Address sampai satu address sebelum broadcast address.
Contoh Kasus:
Untuk menentukan range network dari alamat IP 10.10.10.1 masking 255.255.255.0 adalah :
Sebelumnya konversikan dulu dotted decimal menjadi binary :
Alamat IP 10.10.10.1 = 00001010.00001010.00001010.00000001
Masking 255.255.255.0 = 11111111.11111111.11111111.00000000
· Network Address
00001010.00001010.00001010.00000001
11111111.11111111.11111111.00000000 and
00001010.00001010.00001010.00000000
Hasil binary diatas apabila dikonversi ke dotted decimal, akan menjadi 10.10.10.0, jadi network addressnya adalah 10.10.10.0
· Broadcast Address
(0 + 2⁸) – 1 = (0 – 256) – 1 = 255
Jadi broadcast addressnya adalah 10.10.10.255
· Available Address = 10.10.10.1 s/d 10.10.10.254
Sehingga sebuah network setelah menjalani proses subnetting akan menjadi beberapa subnetwork yang range-nya lebih kecil.
Subnetting dilakukan dengan beberapa alas an, diantaranya:
- Menghemat penggunaan alamat IP, terutama public.
- Mengurangi tingkat kongesti (kemacetan) komunikasi data didalam jaringan.
- Mengatasi perbedaan hardware dan media isik yang digunakan dalam suatu network.
- Memecah Broadcast Domain.
Adapun proses subnetting ini dapat silakukan dengan cara memindahkan atau menggeser garis pemisah antar bagian network dan bagian host dari suatu alamat IP (yang difungsikan oleh masking). Beberapa bit dari bagian host-ID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network-range yang lebih kecil.
Proses subnetting dapat membuat sejumlah network tambahan dengan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam satu network tersebut sehingga akan menjadikan beberapa host yang tadinya berada dalam satu network, bisa jadi setelah dilakukan proses subnetting akan menjadi berbeda network sehingga untuk mengkoneksikannya dapat diperlukan bantuan dari fungsi router.
Langganan:
Postingan (Atom)